DIBALIK KEBAHAGIAAN HONGKONG DISNEYLAND

MICKEY AND MINI MOUSE WEARING HONNGKONG TRADITIONAL COSTUME

Hay, assalamu'alaikum, selamat pagi.. (meskipun pas kamu buka blog ini gag di pagi hariπŸ˜€πŸ˜€πŸ˜€πŸ˜€πŸ˜€πŸ˜€)
Special edition nih buat kalian generasi 90 an alias generasi Dilan, admin mau ngasih sedikit info tentang Hong Kong DisneyLand 😻

Tahukah kamu ?
Hong Kong Disneyland adalah Disneyland paling kecil di dunia. Meskipun kecil tempat rekreasi ini kini menjadi primadona bagi wisatawaan local maupun mancanegara. Bahkan artis Indonesia banyak yang berkunjung kesana, misalnya keluarga Ruben Onsu.
Namun, kesuksesan Hong Kong Disneyland itu tidak mereka dapatkan dengan mudah, meskipun jika dilihat dari perusahaan induknya yaitu Walt Desney Company adalah perusahaan global yang terkenal. Bahkan di satu tahun awal pembukaanya (2005) usaha mereka tidak berjalan sukses dan menemui banyak kritik dari berbagai kalangan. Seperti kritik terhadap harga tiket masuk yang mahal, sistem kerja karyawan yang tidak sesuai dengan adat orang China, outlet-outlet dan restoran yang tidak sesuaid dengan lidah orang China, persaingan dengan Ocean Park dan massih banyak lagi (nanti akan saya ceritakan detailnya).
Saya akan mencoba menceritakan masalah itu satu persatu.
Ø  Harga tiket yang mahal diawal pembukaan taman rekreasi ini, padahal waktu itu  China massih tergolong negara dengan tingkat pendapatan yang rendah, sehingga pengunjung lokal kurang tertarik untuk berkunjung.
Ø  Perbedaan kebiasaan dan adat istiadat antara Amerika dan China, misalnya orang-orang China seringkali berwisata dengan keluarga (kelompok besar) dan sering mengadakan makan bersama  sedangkan Hongkong Disneyland pada saat itu belum mampu menampung pengunjung dengan skala besar tersebut. Masalah adat lainya yaitu Disneyland pada saat itu belum mempertimbangkan hari-hari libur China seperti Imlek, sehingga tariff tiket pun masih disamakan dengan tarif hari biasa , dan pertunjukan yang ada masih disamakan dengan pertunjukan yang ada di Desney lainya.
Ø  Jika ditilik dari sejarah, Hong Kong sendiri pernah menjadi wilayah milik Inggris dan baru pada Tahun 1997 daerah tersebut kembali diserahkan kepada China. Dan pada masa transisi  itu, Disney mulai merencanakan pembangunan di Hongkong, sehingga pada tahun-tahun itu pula hongkong Disneyland harus menghadapi dua aturan pemerintah dalam satu wilayah. Penggunaan produk yang semuanya berasal dari Burbank (Amerika) membuat prasangka orang China bahwa Hongkong Disneyland kala itu benar-benar menjadi sarana imperialism barat dan tidak ada unsur lokal.
Ø  Hongkong Disneyland menyediakan restaurant yang menyajikan sup ikan hiu. Memang sup ini tergolong elegan bagi orang China dan biasa disajikan di pesta pernikahan. Namun, lembaga –lembaga peduli lingkungan di China mengecam hal ini, karena kawatir terhadap keberlangsungan ikan jenis tersebut.
Ø  Praktik ketenagakerjaan Hongkong Disneyland awalnya sama dengan praktik ketenagakerjaan di Desney lainya. Namun, pada beberapa kasus, praktik ini tidak sukai oleh pekerja dan bahkan mendapat kritikan keras. Misalnya, aturan dimana para pekerja harus selalu tersenyum ke pada pengunjung menjadi hal yang tabu bagi pengunjung karena hal tersebut menimbulkan kecurigaan pengunjung terhadap karyawan. Lalu, karyawan mengeluhkan sedikitnya waktu untuk makan siang dan istirahat serta gaji yang kecil disbanding gaji karyawan Desney lainya. Begitu banyak kritikan di awal berdirinya, bahkan ada salah satu karyawan yang nekat akan bunuh diri jika kritiknya tersebut tidak ditanggapi oleh pihak  Hongkong Disneyland.
Menyadari masalah-masalah tersebut, para eksekutif Disney kemudian mengambil kebijakan untuk memahami penduduk lokal. Mereka kemudian melakukan empat perubahan besar yaitu Pengurangan harga, adaptasi kebiasaan pengunjung lokal, perubahan dekorassi dan setting, serta adaptasi terhadap praktik ketenagakerjaan. Berikut admin akan mencoba menceritakan satu persatu perubahan itu.
*      Pengurangan harga, para eksekutif Hong Kong Disneyland menyadari bahwa  harga tiket yang mereka tawarkan waktu itu tidak sebanding dengan pendapat penduduk lokal dan adanya persaingan dengan taman hiburan yang lain. Oleh karena itu, mereka kemudian menurunkan harga tiket menjadi HK$ 295 atau US$ 38 untuk orang dewasa. Harga itu jauh lebih murah dibandingkan tarif tiket masuk hari biasa di Desneyland  lainya.
*      Pengelola Hong Kong Disneyland, kemudian memperhatikan secara khusus adat istiadat pengunjung setempat, mereka menyadari meskipun sama-sama di kawasan Asia, Jepang dan Hongkong (China) memiliki perbedaan budaya, sehingga tidak dapat “dipukul sama”. Akhirnya beberapa perubahan dilakukan, misalnya pengelola berupaya mengubah image tokoh Disney yang kebarat-baratan menjadi ala-ala  Tionghoa dengan memakaikan kostum China pada Mickey dan Minnie Mouse (bisa dilihat digambar paling atass ya).
Para pemain hiburan juga diwajibkan berbicara bahasa Inggris dan lokal. Ada dua bahasa lokal (dialek) di China adalah bahasa Kanton dan di China adalah Putonghua (mandarin standar). Tidak berhenti disitu, Hong Kong Disneyland kemudian mengadakan pertunjukan yang bertajuk “ It’s Small World”  yang menghadirkan boneka wanita dengan costume opera tradisional China dengan latar belakan Victoria Harbour dan gedung-gedung pencakar langit.
Hal-hal seperti lelucon dan juga kebiasaan makan orang China juga mulai diperhatikan. Hong kong Disneyland kemudian meenyediakan masakan khas China seperti sirip hiu ( mendapat  penolakan), babi panggang, mie, sushi, hingga hamburger dengan koki lokal. Kemudian menyediakan 700 kursi untuk menghindari penumpukan pengunjung yang akan makan, karena orang China makan 10 menit lebih lama dibandingkan orang Amerika dan mereka terbiasa makan berkelompok.
*      Perubahan besar  yang menarik, yaitu pengelola menggunakan jasa Feng shui (ahli pengaturan tradisional China) sebagai kunci dalam mendesain taman bermain. Misalnya, memindahkan pintu masuk utama kearah yang dianggap benar, sheingga harus menggeser 12 derajat dari posisi semula.  Menambah lengkungan di jalan stapak dari stasiun kereta ( hal ini dipercaya  dilakukan agar energi (Chi)  tidak bisa mengalir ke Laut China Selatan) , penempatan ikan koi di  restoran kelas atas, dan masih banyak lagi.
*      Masalah-masalah ketenagakerjaan yang ada (di pembahan di awal) kemudian mendapat respon  dari pengelola. Para pekerja tersebut kemudian diperbolehkan memiliki serikat buruh yang bertujuan memperbaiki kondisi gaji dan kerja mereka.
Sebenarnya,
Wacana diatas itu, merupakan hasil pengamatan seorang peneliti bernama Jonathan Matusitz (2009) dengan menerapkann glocalization theory. Lalu apa glokalisasi itu? Ada seorang ahli bernama Appadurai dan diperkuat oleh Robertson, mengatakan bahwa Glokalisasi menekankan bahwa merelokasi tema, produk, dan layanan di tempat lain memiliki  peluang sukse yang lebih tinggi bila diakomodass dengan budaya lokal dimana itu di perkenalkan.


@judulasli:Disney’s successful adaptation in Hong Kong: A glocalization Perspective.

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer